Aditya, begitulah sebutan nama yang diberikan oleh orang tuaku kepada diriku. Bisa dibilang, aku ini tidak terlalu sempurna dibandingkan sahabatku yang bernama Samael. Aku hanya seorang siswa SMU Bina Cipta yang tidak begitu terkenal disekolahku dibandingkan Samael. Tetapi karena aku mempunyai seorang gebetan yang bernama Gabriella, seorang wanita pujaan seribu cowok yang melihatnya. Disekolahku, banyak sekali orang yang menyukainya. Salah satunya Samael. Tetapi karena aku tidak mempunyai keberanian untuk mendekatinya, kerjaanku hanya melihatnya dari jarak jauh saja.
Suatu ketika, disaat pelajaran Bahasa Indonesia yang diajar oleh seorang guru yang terkenal killer di sekolah kami, yang bernama Bu Susan. Sebenarnya, Bu Susan bukanlah seorang guru yang mempunyai hobi marah-marah yang tidak jelas. Tetapi, bu Susan mempunyai sifat yang sangat perfeksionis, yang semua hal yang dilakukan harus sempurna. Baik luar maupun dalam. Mungkin karena itulah banyak murid yang kesal sehingga amat sangat membencinya.
“Hari ini, ibu akan membuat kelompok diskusi yang terdiri dari 8 kelompok. Satu kelompok harus terdiri dari 5 siswa. Karena akan terjadi hal yang tidak mengenakan jika ibu suruh kalian untuk membagi kelompok sendiri. Maka ibu putuskan, bahwa pembagian kelompok oleh ibu sendiri, paham,” ujar ibu Susan
“Paham Bu…” jawab murid kompak
Setelah pembagian kelompok, tampak banyak sekali siswa yang murung akibat pembagian tersebut, terkecuali aku. Mengapa ? aku sekelompok dengan Gabriella, Samael dan 2 orang teman yang lain bernama Voren dan Michael.
“Terima kasih Tuhan, akhirnya aku mempunyai kesempatan untuk bisa berdekatan dengan Gabriella,” ujarku dalam hati
Disaat aku sedang melamun, tiba-tiba Samael mengkagetkan aku.
“Hey,, melamun aja. Yuk cabut, aku udah laper nih. Come on, ayo kita ke kantin,” ujar Samael
“Tapi aku lagi gak bawa uang nih, gimana coba?” jawabku
“Udah, tenang aja, aku yang traktir,” jawab Samael
Disaat aku berjalan menuju kantin, aku bertemu dengan Gabriella. Dengan rambut yang khas dan selalu dikuncir, dan wangi parfum aroma melati yang selalu dipakainya dalam mengarungi hari-harinya disekolah.
“Tuhan, semakin hari semakin cantik saja dia. Tuhan jika aku memang berjodoh dengannya, berikan aku kesempatan untuk mendekatinya,” ujarku dalam hati
“Bruuukkkkkk”
“Awh, sakit tau Dit,” ujarnya
Aku tak sengaja menabrak Gabriella karena aku terpesona akan kecantikan dirinya yang selalu membuatku terbuai akan lamunanku yang panjang. Hidungnya yang mancung, seakan-akan mirip akan ras kaukasoid dari wilayah Eropa Timur. Harumnya parfum yang lembut menusuk ke dalam hidungku. Semuanya terlihat indah bila berada di dalam dirinya.
“Hey, lihat apa sih? Kok melamun? Ada yang salah dengan diriku sehingga kamu melihatnya seperti itu kepadaku?” Tanya Gabriella
“Eh, gak kok, gak ada apa-apa, gak ada yang beda kok dari dirimu. Ohya, maaf, aku tidak sengaja menabrakmu. Gak apa-apa kan? Ada yang sakit?” ujarku
“Oh, gak apa-apa kok. Kok buru-buru banget? Mau kemana emang?” tanyanya
“Ini nih si Samael, mengajakku ke kantin. Entah, buru-buru banget. Kayaknya udah laper nih anak,” gurauku
“Sialan loe Dit, hahahaha,” ujar Samael. “Udah ah, ayo ke kantin, udah laper banget nih gua. Gab, maaf ya, kami tinggal dulu ya,” sambung Samael
“Iya,” ujar Gabriella sambil tersenyum
Itulah pertama kalinya aku melihat Gabriella tersenyum. Alangkah indahnya makhluk ciptaan tuhan satu ini.
***
“Bi, es teh manisnya dua dan modelnya dua ya bi,” ujar Samael
Beberapa saat kemudian saat aku dan Samael sedang menyantap makanan kami. Samael pun menanyakan sesuatu kepadaku.
“Dit, kamu suka dengan Gabriella?” Tanya Samael
“(agak terseguk) kenapa kamu bilang begitu?” tanyaku penasaran
“Habis, semuanya dari cara kamu memandang Gaby (panggilan Gabriella), terus, tingkah kamu dihadapan Gaby, pokoknya semuanya mendukung deh kalo kamu sedang jatuh cinta dengan Gaby,” jawabnya dengan santai
Hening sejenak
“Sebenarnya sih iya aku suka dengannya, tapi aku gak berani untuk mengatakannya dengan Gaby,” jawabku
“Sebenarnya sih aku juga suka dengannya, tapi berhubung kamu sohibku, dan aku juga gak ingin ngancurin persahabatan kita, aku yang mundur deh, hehe,” jawab Samael
“Wah, kenapa gitu? Aku jadi nggak enak dengan kamu Sam. Kenapa mau mundur?” tanyaku
“Gak papa kok, kalo aku kan bisa mencari cewek yang lain, sedang kalo kamu kan baru pertama kalinya merasakan jatuh cinta, masa aku gak mau mengalah buat sohibku sendiri?” jawab Samael dengan santai
“Wah, makasih banyak ya Sam, aku gak tau harus membalasmu dengan apa,” jawabku
Setelah beberapa saat kemudian, aku dan Samael pun menghabiskan makanan kami, lalu kami menuju ke kelas.
***
Sesampainya di kelas, suasana dikelasku amat sangat gaduh sekali. Kami tidak tahu apa yang sedang terjadi. Lalu akupun menanyakan keadaan kelas kepada temanku Michael dan Voren yang kebetulan sedang berada dikelas.
“Mike, Ren, apa yang sedang terjadi? Kok kelas gaduh ya?” tanyaku
“Si Gaby tadi jatuh pingsan, gak tau kenapa. Tapi tadi kudengar dari guru dia dibawa ke Rumah Sakit Pelita Harapan,” jawab Michael
“Eh Ren, emangnya dia ada penyakit berat ya?” tanyaku penasaran kepada Voren
“kurang tahu juga Dit, coba pergi aja ke Rumah Sakit itu, nih nama kamarnya. Aku baru mendapatkannya dari ibunya. Kamarnya kelas VVIP 2,” kata Voren
“Oh yaudah Dit, aku anterin deh pakai mobilku, biar kamu cepat sampainya,” ujar Samael kepadaku
“Thanks Sam, ok langsung aja kita pergi,” jawabku
Kami pun langsung pergi menuju lokasi yang diberikan oleh Voren. Dan aku pun mencoba untuk menghubungi Ibunya Gabriella. Tampaknya kondisi Gabriella semakin kritis.
***
Sesampainya di Rumah Sakit Pelita Harapan
“Bagaimana bu kondisi Gaby?” tanyaku
“Entahlah nak, sekarang Gaby sedang masuk di ruang UGD. Kata dokter tadi, Gaby telah terjangkit penyakit demam berdarah. Tapi penyakitnya sudah akut. Tampaknya dia gak bilang-bilang lagi dengan ibu. Ibu takut terjadi apa-apa dengannya,” ujar ibu Gaby sambil menangis
“Ya ampun, kenapa bisa seperti ini?” jawabku dengan cemas
Aku pun tidak dapat menyembunyikan rasa cemasku. Ini terbukti dari tak terasanya air mataku jatuh dengan sendirinya. Aku pun terduduk membisu di kursi sudut di dekat kamar Unit Gawat Darurat, tempat Gabriella dirawat.
“Tuhan, mengapa ini terjadi kepadanya Tuhan? Adilkah semua ini Tuhan? Dia masih remaja, sembuhkanlah ia Tuhan,” ujarku dalam hati
***
Beberapa saat kemudian…
Sang dokter pun keluar dari ruangan Gabriella dengan raut wajah yang begitu miris jika dilihat. Tampaknya telah terjadi sesuatu dengan Gabriella. Lalu kami pun menemui sang dokter.
“Ada apa dok? Apakah telah terjadi sesuatu dok dengan anak saya?” Tanya Ibu Gabriella dengan cemas
“Kami para tim dokter telah melakukan hal yang maksimal kepada putri anda. Namun Tuhan berkehendak lain. Maafkan kami,” ujar dokter tersebut
“Apa? Apa yang terjadi dok? Apa yang terjadi dengan anak saya? Dok, berapa pun saya bayar dok. Tapi mohon, sembuhkanlah anakku dok. Dia anakku satu-satunya dok. Saya mohon dengan sangat dok,” jawab Ibu Gabriella dengan histeris
“Mohon ibu tenang. Maafkan kami bu, kami tidak bisa melakukan apa-apa lagi bu. Ini sudah kehendak dari Yang Maha Kuasa. Kami tahu ibu sangat berat. Tapi ini sudah kehendak-Nya bu,” jawab dokter menenangkan Sang Ibu
Kami pun lalu masuk ke ruangan Gabriella. Kami melihat Gabriella telah terbujur kaku dengan ditutupi oleh selimut putih untuk melepaskan kepergiannya.
“Annnnaaaaaaaakkkk kkkkuuuuuuu, jangan tinggalkan ibu nak. Ibu mohon, bangun lah nak,” kata ibu sambil menangis
Aku pun lalu tertegun diam melihat jasad dari seorang wanita yang sangat ku kenal, dan amat sangat ku sayang. Sungguh cepat sekali berjalannya waktu. Aku pun hampir tidak percaya bahwa yang sedang tertidur panjang itu ialah Gabriella.
“Sam, ini tidak benanr kan? Ini mimpi kan? Sam, tolong bangunkan aku dari mimpi ini Sam. Jangan biarkan aku terrtidur terus Sam. Sam, ini mimpi kan,” ujarku dengan penuh kegelisahan
“Dit, sadar. Ini bukanlah mimpi. Ini benar. Kau tidak sedang bermimpi Dit. Relakanlah dia pergi Dit. Supaya dia tenang menuju alam nirwana sana,” ujar Samael menenangkanku
“Gak, gak mungkin. Kamu bohong. Pagi tadi aku barusan bertemu dengannya. Gak mungkin, pasti kamu bohong. Aku belum menyatakan tentang perasaanku kepadanya. Kamu bohong Sam. Udah ah, kamu Bohong,” ujarku sambil menangis
“Sudah nak, relakan dia pergi nak. Biarkan dia tenang nak,” ujar ibu Gabriella sambil memelukku untuk menenangkanku
Jasad Gabriella pun lalu dibawa pulang untuk disemayamkan dirumahnya. Setelah itu, jasadnya pun dikuburkan pada hari itu juga.
Tuhan, hanya kau dan aku yang tahu mengenai perasaan ini. Jagalah dia Tuhan. Dan titipkan salamku untuk Gabriella.