Jumat, 07 November 2014


Aditya, begitulah sebutan nama yang diberikan oleh orang tuaku kepada diriku. Bisa dibilang, aku ini tidak terlalu sempurna dibandingkan sahabatku yang bernama Samael. Aku hanya seorang siswa SMU Bina Cipta yang tidak begitu terkenal disekolahku dibandingkan Samael. Tetapi karena aku mempunyai seorang gebetan yang bernama Gabriella, seorang wanita pujaan seribu cowok yang melihatnya. Disekolahku, banyak sekali orang yang menyukainya. Salah satunya Samael. Tetapi karena aku tidak mempunyai keberanian untuk mendekatinya, kerjaanku hanya melihatnya dari jarak jauh saja.

 Suatu ketika, disaat pelajaran Bahasa Indonesia yang diajar oleh seorang guru yang terkenal killer di sekolah kami, yang bernama Bu Susan. Sebenarnya, Bu Susan bukanlah seorang guru yang mempunyai hobi marah-marah yang tidak jelas. Tetapi, bu Susan mempunyai sifat yang sangat perfeksionis, yang semua hal yang dilakukan harus sempurna. Baik luar maupun dalam. Mungkin karena itulah banyak murid yang kesal sehingga amat sangat membencinya.

“Hari ini, ibu akan membuat kelompok diskusi yang terdiri dari 8 kelompok. Satu kelompok harus terdiri dari 5 siswa. Karena akan terjadi hal yang tidak mengenakan jika ibu suruh kalian untuk membagi kelompok sendiri. Maka ibu putuskan, bahwa pembagian kelompok oleh ibu sendiri, paham,” ujar ibu Susan

“Paham Bu…” jawab murid kompak

Setelah pembagian kelompok, tampak banyak sekali siswa yang murung akibat pembagian tersebut, terkecuali aku. Mengapa ? aku sekelompok dengan Gabriella, Samael dan 2 orang teman yang lain bernama Voren dan Michael.

“Terima kasih Tuhan, akhirnya aku mempunyai kesempatan untuk bisa berdekatan dengan Gabriella,” ujarku dalam hati

Disaat aku sedang melamun, tiba-tiba Samael mengkagetkan aku.

“Hey,, melamun aja. Yuk cabut, aku udah laper nih. Come on, ayo kita ke kantin,” ujar Samael

“Tapi aku lagi gak bawa uang nih, gimana coba?” jawabku

“Udah, tenang aja, aku yang traktir,” jawab Samael

Disaat aku berjalan menuju kantin, aku bertemu dengan Gabriella. Dengan rambut yang khas dan selalu dikuncir, dan wangi parfum aroma melati yang selalu dipakainya dalam mengarungi hari-harinya disekolah.

“Tuhan, semakin hari semakin cantik saja dia. Tuhan jika aku memang berjodoh dengannya, berikan aku kesempatan untuk mendekatinya,” ujarku dalam hati

“Bruuukkkkkk”

“Awh, sakit tau Dit,” ujarnya
Aku tak sengaja menabrak Gabriella karena aku terpesona akan kecantikan dirinya yang selalu membuatku terbuai akan lamunanku yang panjang. Hidungnya yang mancung, seakan-akan mirip akan ras kaukasoid dari wilayah Eropa Timur. Harumnya parfum yang lembut menusuk ke dalam hidungku. Semuanya terlihat indah bila berada di dalam dirinya.

“Hey, lihat apa sih? Kok melamun? Ada yang salah dengan diriku sehingga kamu melihatnya seperti itu kepadaku?” Tanya Gabriella

“Eh, gak kok, gak ada apa-apa, gak ada yang beda kok dari dirimu. Ohya, maaf, aku tidak sengaja menabrakmu. Gak apa-apa kan? Ada yang sakit?” ujarku

“Oh, gak apa-apa kok. Kok buru-buru banget? Mau kemana emang?” tanyanya

“Ini nih si Samael, mengajakku ke kantin. Entah, buru-buru banget. Kayaknya udah laper nih anak,” gurauku

“Sialan loe Dit, hahahaha,” ujar Samael. “Udah ah, ayo ke kantin, udah laper banget nih gua. Gab, maaf ya, kami tinggal dulu ya,” sambung Samael

“Iya,” ujar Gabriella sambil tersenyum

Itulah pertama kalinya aku melihat Gabriella tersenyum. Alangkah indahnya makhluk ciptaan tuhan satu ini.

***

“Bi, es teh manisnya dua dan modelnya dua ya bi,” ujar Samael

Beberapa saat kemudian saat aku dan Samael sedang menyantap makanan kami. Samael pun menanyakan sesuatu kepadaku.

“Dit, kamu suka dengan Gabriella?” Tanya Samael

“(agak terseguk) kenapa kamu bilang begitu?” tanyaku penasaran

“Habis, semuanya dari cara kamu memandang Gaby (panggilan Gabriella), terus, tingkah kamu dihadapan Gaby, pokoknya semuanya mendukung deh kalo kamu sedang jatuh cinta dengan Gaby,” jawabnya dengan santai

Hening sejenak

“Sebenarnya sih iya aku suka dengannya, tapi aku gak berani untuk mengatakannya dengan Gaby,” jawabku

“Sebenarnya sih aku juga suka dengannya, tapi berhubung kamu sohibku, dan aku juga gak ingin ngancurin persahabatan kita, aku yang mundur deh, hehe,” jawab Samael

“Wah, kenapa gitu? Aku jadi nggak enak dengan kamu Sam. Kenapa mau mundur?” tanyaku

“Gak papa kok, kalo aku kan bisa mencari cewek yang lain, sedang kalo kamu kan baru pertama kalinya merasakan jatuh cinta, masa aku gak mau mengalah buat sohibku sendiri?” jawab Samael dengan santai

“Wah, makasih banyak ya Sam, aku gak tau harus membalasmu dengan apa,” jawabku

Setelah beberapa saat kemudian, aku dan Samael pun menghabiskan makanan kami, lalu kami menuju ke kelas.

 ***

Sesampainya di kelas, suasana dikelasku amat sangat gaduh sekali. Kami tidak tahu apa yang sedang terjadi. Lalu akupun menanyakan keadaan kelas kepada temanku Michael dan Voren yang kebetulan sedang berada dikelas.

“Mike, Ren, apa yang sedang terjadi? Kok kelas gaduh ya?” tanyaku

“Si Gaby tadi jatuh pingsan, gak tau kenapa. Tapi tadi kudengar dari guru dia dibawa ke Rumah Sakit Pelita Harapan,” jawab Michael

“Eh Ren, emangnya dia ada penyakit berat ya?” tanyaku penasaran kepada Voren

“kurang tahu juga Dit, coba pergi aja ke Rumah Sakit itu, nih nama kamarnya. Aku baru mendapatkannya dari ibunya. Kamarnya kelas VVIP 2,” kata Voren

“Oh yaudah Dit, aku anterin deh pakai mobilku, biar kamu cepat sampainya,” ujar Samael kepadaku

“Thanks Sam, ok langsung aja kita pergi,” jawabku

Kami pun langsung pergi menuju lokasi yang diberikan oleh Voren. Dan aku pun mencoba untuk menghubungi Ibunya Gabriella. Tampaknya kondisi Gabriella semakin kritis.

***

Sesampainya di Rumah Sakit Pelita Harapan

“Bagaimana bu kondisi Gaby?” tanyaku

“Entahlah nak, sekarang Gaby sedang masuk di ruang UGD. Kata dokter tadi, Gaby telah terjangkit penyakit demam berdarah. Tapi penyakitnya sudah akut. Tampaknya dia gak bilang-bilang lagi dengan ibu. Ibu takut terjadi apa-apa dengannya,” ujar ibu Gaby sambil menangis

“Ya ampun, kenapa bisa seperti ini?” jawabku dengan cemas

Aku pun tidak dapat menyembunyikan rasa cemasku. Ini terbukti dari tak terasanya air mataku jatuh dengan sendirinya. Aku pun terduduk membisu di kursi sudut di dekat kamar Unit Gawat Darurat, tempat Gabriella dirawat.

“Tuhan, mengapa ini terjadi kepadanya Tuhan? Adilkah semua ini Tuhan? Dia masih remaja, sembuhkanlah ia Tuhan,” ujarku dalam hati

***

Beberapa saat kemudian…

Sang dokter pun keluar dari ruangan Gabriella dengan  raut wajah yang begitu miris jika dilihat. Tampaknya telah terjadi sesuatu dengan Gabriella. Lalu kami pun menemui sang dokter.

“Ada apa dok? Apakah telah terjadi sesuatu dok dengan anak saya?” Tanya Ibu Gabriella dengan cemas

“Kami para tim dokter telah melakukan hal yang maksimal kepada putri anda. Namun Tuhan berkehendak lain. Maafkan kami,” ujar dokter tersebut

“Apa? Apa yang terjadi dok? Apa yang terjadi dengan anak saya? Dok, berapa pun saya bayar dok. Tapi mohon, sembuhkanlah anakku dok. Dia anakku satu-satunya dok. Saya mohon dengan sangat dok,” jawab Ibu Gabriella dengan histeris

“Mohon ibu tenang. Maafkan kami bu, kami tidak bisa melakukan apa-apa lagi bu. Ini sudah kehendak dari Yang Maha Kuasa. Kami tahu ibu sangat berat. Tapi ini sudah kehendak-Nya bu,” jawab dokter menenangkan Sang Ibu

Kami pun lalu masuk ke ruangan Gabriella. Kami melihat Gabriella telah terbujur kaku dengan ditutupi oleh selimut putih untuk melepaskan kepergiannya.

“Annnnaaaaaaaakkkk kkkkuuuuuuu, jangan tinggalkan ibu nak. Ibu mohon, bangun lah nak,” kata ibu sambil menangis

Aku pun lalu tertegun diam melihat jasad dari seorang wanita yang sangat ku kenal, dan amat sangat ku sayang. Sungguh cepat sekali berjalannya waktu. Aku pun hampir tidak percaya bahwa yang sedang tertidur panjang itu ialah Gabriella.

“Sam, ini tidak benanr kan? Ini mimpi kan? Sam, tolong bangunkan aku dari mimpi ini Sam. Jangan biarkan aku terrtidur terus Sam. Sam, ini mimpi kan,” ujarku dengan penuh kegelisahan

“Dit, sadar. Ini bukanlah mimpi. Ini benar. Kau tidak sedang bermimpi Dit. Relakanlah dia pergi Dit. Supaya dia tenang menuju alam nirwana sana,” ujar Samael menenangkanku

“Gak, gak mungkin. Kamu bohong. Pagi tadi aku barusan bertemu dengannya. Gak mungkin, pasti kamu bohong. Aku belum menyatakan tentang perasaanku kepadanya. Kamu bohong Sam. Udah ah, kamu Bohong,” ujarku sambil menangis
“Sudah nak, relakan dia pergi nak. Biarkan dia tenang nak,” ujar ibu Gabriella sambil memelukku untuk menenangkanku

Jasad Gabriella pun lalu dibawa pulang untuk disemayamkan dirumahnya. Setelah itu, jasadnya pun dikuburkan pada hari itu juga.

Tuhan, hanya kau dan aku yang tahu mengenai perasaan ini. Jagalah dia Tuhan. Dan titipkan salamku untuk Gabriella.


Tika, seorang gadis remaja yang bersekolah di SMA Al-kamil, merupakan salah satu murid yang amat sangat pandai di sekolahnya. Ia tergolong murid yang mempunyai tingkat kecerdasan diatas rata-rata. IQ nya mencapai 166, iQ tertinggi nomor 4 disekolahnya. Dia pun masuk di kelas yang notabene berisi siswa-siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan diatas rata-rata.

Suatu ketika disaat dia duduk di kelas XI, ia mempunyai sahabat laki-laki yang bernama Restyo. Restyo merupakan anak paling cerdas di sekolah. IQ nya mencapai 178. Restyo merupakan anak olimpiade matematika yang baru saja kemarin mendapat medali emas dalam olimpiade matematika internasional.

“hey Tik, kok manyun? Mikirin apa sih? Mikirin aku ya? Haha,” canda Restyo
“enak banget ya, ya kagak la. Lagian apa urusan juga mikirin kamu, hahaha,” ejek Tika
“hey, bentar lagi 23 desember ya, berarti ultah kamu dong?” Tanya Restyo
“iya Res, tapi tanggal 22 desember aku mau ikut olimpiade kimia nih. Doakan aku ya res, semoga aku dapat hadiah yang indah dari kemenangan olimpiade itu,” jawabku santai

“oke deh, kalo kamu menang, aku bakal memberi sebuah sureprise di hari ulang tahunmu nanti ya. Masa kita udah sahabatan lama, malah dari SMP dulu, aku gak pernah memberikan suatu yang indah di hari ultahmu nanti. Lagian kan nanti kamu sweet seventeen, hehe,” kata Restyo
“terserah kamu deh res,” jawabku santai “by the way, kita ke kantin yuk, udah laper nih perutku. Dari pagi belum makan gua,” sambungku
“Oke.”
Diperjalanan menuju kantin, aku selalu tertawa canda dengan Restyo, hingga setiap orang yang melihat kami, seakan mereka beranggapan bahwa kami pacaran. Padahal sebenarnya kami tidak pacaran. Terserah mereka mau bilang apa kepada kami, yang jelas, kami bukanlah sepasang kekasih.

***

Sesampainya di kantin…
“Tik, gila… banyak banget lu makannya? Udah makan nasi goreng, eh sekarang malah mau nambah siomay lagi, ckckck,” Tanya Restyo keheranan
“ya, wajar dong gua makannya banyak, hahaha… untung bukan lo yang gua makan, hahaha” candaku
Kami berdua pun lalu tertawa dengan lepas, hingga selesai istirahat kami pun langsung kembali lagi ke kelas untuk melanjutkan aktivitas kami.


***

Pada tanggal 22 Desember…
Pagi harinya aku mendapat sms sebagai penyemangatku dari Restyo. Entahlah, mungkin akupun sekarang mulai merasakan benih cinta itu hadir di dalam hatiku untuk Restyo.

Keep Spirit yeah…
I know, now you’re nervous for your competition…
But, believe with your spirit and your god…
Before you start, remember Allah for make you’re day doesn’t have stream…
Okay, if you win, I’ll realize my promise to you J 
-from your friend, Restyo-
“Oh tuhan, terima kasih Restyo,” ujarku dalam hati

Akupun lalu mengikuti olimpiade itu dengan tenang. Setiap kali aku gugup, akupun langsung melihat sms dari Restyo tersebut. Sungguh penenang di tengah kegugupan yang berarti.

***

Tibalah saat yang paling menegangkan pada hari itu. Sebuah pengumuman pemenang yang sangat berarti bagiku dan sekolahku.
Ditambah lagi aku semakin gugup ketika namaku tidak dipanggil dalam Rank 3 dan Rank 2
“Yaaaaaaaa,, mungkin aku tidak juara. Restyo, maafkan aku jika aku tidak bisa memenuhi janjiku,” ujarku dalam hati
Disaat aku mulai pesimis, tiba-tiba…
“Rank 1 diraih oleh SMA Al-Kamil dengan nama Restika Wulandari,” ujar sang panitia
“Nak, sekolah kita meraih juara pertama, terima kasih nak. Ibu bangga dengan kamu nak,” ujar guru pembimbingku dengan terharu
“(sambil memeluk guruku) iya bu, sama-sama. Terima kasih juga telah membimbingku selama persiapan ini,” ujarku sambil terharu
Akupun mengambil trophy kemenangan. Setelah itu, akupun memberikan sebuah pesan kepada Restyo

To Restyo
Thank’s for your spirit…
I gotta first rank…
Okay, I’ll already keep my promise.
So, how’s about yours?
Hehe J 

Lalu dibalas lagi oleh Restyo…

Congrats…
I’ll give it in your birthday tomorrow…
Just wait and see… J 
Aku pun tersenyum ketika membaca pesan tersebut. Aku pun tak sabar menunggu akan datangnya hari esok…

***

Keesokan harinya…
“huamzzz,” ujarku ketika bangun tidur
Akupun langsung membaca sebuah sms dari Restyo…

Happy birthday sweety…
Give your best wishes in your best day…
Keep in school ya… J 

Akupun langsung bergegas untuk siap-siap menuju sekolah.

***

Sesampainya disekolah…
Akupun menunggu Restyo dengan tersenyum, membayangkan apa yang bakal diberikan oleh Restyo kepadaku. 15 menit berlalu ReStyo belum juga datang. Hingga 1 jam berlalu begitu saja.

“Ah, mungkin dia mau memberikan sureprise yang indah padaku hari ini,” ujar pikiran yang nakalku

Pelajaran pun telah dimulai. Hingga…
*tok tok tok*
Suara pintu kelas yang diketuk oleh seseorang.
*ceklek*
“Permisi, disini ada yang bernama Restika Wulandari? Dipanggil ke ruang kepala sekolah, ada orang tua Restyo yang memanggil anda,” ujar penjaga sekolah

“Baik pak,” ujarku

Aku pun langsung bergegas menuju tempat yang dimaksud. Ketika masuk ke ruangan tersebut, aura sedih langsung terpancar  ketika ibu Restyo yang telah lama dekat denganku berlinangan air mata.
“Apa yang terjadi bu? Kok ibu nangis? Mana Restyo? Katanya hari ini mau member sureprise denganku,” ujarku memecahkan keheningan
“Res..Restyo u..udah pe..pe..rgi Tik,” ujar ibu Restyo
“Maksudnya?” ujarku dengan penasaran
Dengan tegar bapak kepala sekolah menjelaskan kepadaku kejadian yang sesungguhnya.
“Nak, Restyo udah pergi meninggalkan dunia. Pagi tadi ketika dia sedang pergi ke sekolah, dia mengalami kecelakaan dengan menabrak sebuah mobil Xenia. Bapak tahu karena bapak melihat dengan jelas kejadian itu. Bapak berada di belakang Restyo. Restyo mengalami patah tulang di bagian punggung dan gegar otak. Restyo meninggal di tempat kejadian. Yang bapak temukan dari Restyo hanya ini,” ujar kepala Sekolah
Akupun seakan lemas tak berdaya ketika mendengar berita dari kepala sekolah. 2 benda itu adalah Bunga Mawar Merah dan sebuah kotak cincin. Setelah kubuka kotak tersebut, kotak tersebut berisi sebuah cincin liontin yang berbentuk T, nama awal dari diriku dan sebuah kertas.

Happy birthday Tika…
Mungkin kamu kaget ketika mendapatkan ini dariku…
Sebenarnya aku sudah lama memendam perasaan ini denganmu…
Akan tetapi, aku sering sekali mendapatkan batu terjal ketika akan mengatakan padamu…
Tapi mungkin inilah saat yang tepat aku mengatakannya padamu…
Tika, bolehkah aku menjadi kekasihmu selamanya???
-Restyo-

Seketika itu juga aku langsung menangis tak tertahankan.
“Restyo, kenapa kamu cepat sekali meninggalkanku?” ujarku histeris
Lalu akupun ditenangkan oleh ibu Restyo.